”Sudah, Bu. Pagi-pagi nggak usah ribut, bikin sial! Begini saja, kita belanja, tapi nanti kalau uangnya kurang, kamu harus cari sebrakan, oke?”
Meski dengan berat hati Koplo terpaksa mengalah daripada ribut. Akhirnya dengan motor bututnya mereka berangkat ke Pasar Nusukan. Sang isteri membonceng dengan wajah njegadul sambil gemremeng sendiri.
Karena kurang konsentrasi, tiba-tiba Koplo terperangkap razia kendaraan di timur Terminal Gilingan.
”Lha, sial tenan ta Bu. SIM-ku lupa nggak tak bawa…”
Jon Koplo judheg. Mau lari, jelas motornya kalah banter dengan milik Pak Polisi. Sementara motor di belakangnya sudah mulai mengantre.
Tiba-tiba mak cling, Koplo dapat ide.
”Selamat pagi, Pak. Bisa minta SIM atau STNK Bapak?” perintah polisi sambil hormat.
Tiba-tiba bagai seniman teater ulung, Koplo langsung berperan sebagai orang bisu, ”Bah… bih… buh… beibeh…! Weh-weh-weh…” katanya sambil tangannya penthalitan memberi bahasa isyarat.
Kini giliran Pak Polisi yang bingung, seperti kasihan dengan Koplo.
”Ya sudah, jalan sana! Aku ra mudeng karepmu Pak!” perintah Pak Polisi sambil mengerutu.
Sampai di Pasar Nusukan, Koplo berhenti lalu ngekek-ngekek.
”Oooo… wong edian! Kewanen kowe Pak. Polisi kok diapusi,” ujar Cempluk yang juga ngekek ra entek-entek sambil mencubiti suaminya.
Karuan saja ulah pasangan suami istri ini jadi perhatian orang-orang di depan pasar. Kiriman Ainita Syafi’ah, SMK Negeri 9/III Seni Rupa, Jl Tarumanegara, Banyuanyar, Banjarsari, Solo.