”Lawas ya ben, sing penting isa mlaku, daripada pasa-pasa ndadak nuntun nggolek tambal ban, kesuwen,” batin Cempluk.
Mulanya semuanya berjalan lancar. Tapi setelah sampai di Kerten, mendadak motor tersebut mbrebet-mbrebet, lalu mak klekek, mati pet. Melihat jarum penunjuk bensin mengarah ke bawah, Cempluk pun menyimpulkan kalau bensinnya habis. Maka, walaupun sedang berpuasa, dikuat-kuatkannya berjalan menuntun sepeda motor itu mencari pom bensin. Untunglah, tak begitu jauh ia lalu menemukannya dan langsung mengisinya full tank alias kebak. Tapi setelah Cempluk mencoba menstarternya lagi, ternyata mesinnya masih ngadat juga.
Si petugas pom bensin yang merasa kasihan pada Cempluk pun ikut membantu. Tapi berkali-kali dicoba, ternyata gagal maning. Setelah diteliti, si petugas pun menemukan penyebabnya, ”Ooo, ini karena keran bensinnya belum dibuka, Mbak,” katanya.
”Oalah, bul bensine nutup ta, tiwas tak isi kebak,” batin cempluk malu.
Setelah berterima kasih kepada si petugas tadi dan kembali melaju menuju kampus, di tengah perjalanan HP-nya berbunyi. Cempluk pun menepi lalu mengangkat telepon tadi, ternyata dari Gendhuk Nicole, si empunya motor.
”Pluk, aku lali ngandhani yen pandome bensin rusak. Asline bensine isih separo. Terus karo kran bensine mau lali rung tak bukak,” kata Nicole dari seberang sana.
Dengan rasa nggondhuk Cempluk pun menjawab, ”Uwis Nic, wis ngerti, ora sah mbok kandhani…” lalu langsung menutup telepon. Kiriman Sarjana, Jl Adi Sumarmo No 245, Solo.