Nicole pun kemudian pergi belanja ke supermarket dan berpamitan pada bapaknya, Tom Gembus yang saat itu sedang sibuk menjemur kasur.
Sorenya, Nicole rupanya ingin melihat-lihat lagi kalender barunya plus ngintip hari-hari libur di tahun 2009 nanti. Tapi begitu membuka kalender yang paling atas, bukan kalender barunya yang ketemu, tapi kalender tahun 2007. Berulang kali ditelitinya kalender-kalender itu, tapi tetap tidak ada. Gendhuk Nicole pun uring-uringan. Jon Koplo, adiknya ikut kena getahnya.
”Plo, kamu tahu kalender baruku nggak? Gambarnya air terjun. Pasti kamu ambil, ya?” Nicole karo mentheleng ngana kae.
Jon Koplo yang merasa tidak mengambil tentu saja menolak dituduh. Lagi ramai-ramainya udur, Tom Gembus keluar dari kamar.
”Pak, kalenderku yang baru ilang,” Nicole pun wadul pada bapaknya.
”Lha memang ditaruh di mana?” tanya Gembus bijak.
”Ya di situ, tak centhelke di belakang kalender 2008 itu,” jawab Nicole sambil nudhing ke dinding tempat kalender-kalender itu digantung.
”Weleh, lha apa sing tak enggo lambaran kasur mau na, Nduk,” jawab Tom Gembus enteng tapi bikin Gendhuk Nicole nggeblak sak kayange. Nicole buru-buru lari ke kamar bapaknya. Begitu kasurnya diangkat, ia melihat kalender barunya yang bergambar air terjun itu sudah di-pothel-pothel jadi enam bagian dan dipakai untuk alas kasur.
”Pake ki piye ta, tanggalan anyar kok dingo lambaran kasur,” Nicole bengok-bengok.
Gembus cuma bisa kukur-kukur.
”Lha wong dicenthelke neng mburi, ya tak kira wis lawas, wis ra kanggo, Nduk,” jawabnya beralasan.
”Lha apa nggak dilihat tahunnya ta, Pak… Pak?” kata Gendhuk Nicole sambil gidro-gidro.
Tapi apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur, kalender sudah jadi lambaran kasur. Oalah, nasibmu, Nicole! Kiriman Roni Tri Juwarko, Cubluk RT 01/RW IV, Wonogiri 57611.