SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
Sragen (Espos)–Pemberlakuan kenaikan tarif Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) maksimal mulai diberlakukan akhir Agustus mendatang. Hal itu sesuai dengan jadwal kenaikan tarif, yakni setelah digedoknya Perda kenaikan tarif oleh DPRD Sragen bulan Mei lalu.
Demikian ditegaskan Direktur RSUD Sragen, Farid Anshorie saat ditemui wartawan di kantornya, Sabtu (15/8).
Besarnya tarif yang mengalami kenaikan hampir mencapai 450 %. Hal tersebut ditandai dengan kenaikan tarif dasar dari Rp 7.000 menjadi Rp 32.000.
Jumlah tersebut sebenarnya masih jauh berada di bawah tarif RSUD yang ada di eks-Karesidenan Surakarta, di mana rata-rata memberlakukan tarif mencapai Rp 50.000.
“Kalau dibandingkan dengan unit cost-nya kenaikan itu masih sangat jauh. Perlu diketahui unit cost disini mencapai Rp 46.000,” jelasnya.
Menurut dia, sosialisasi kenaikan tarif sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Sekalipun demikian, dalam menaikkan tarif harus dicari waktu yang tepat guna menghindari gejolak di kalangan masyarakat.
“Seharusnya saat ini sudah naik. Tapi, kami belum memberlakukannya. Paling tidak, maksimal kenaikan itu akan diberlakukan akhir Agustus ini,” terang dia.
Farid menerangkan kenaikan tarif RSUD Sragen dinilai terlambat diberlakukan dibandingkan dengan RSUD lain. Keterlambatan tersebut mempengaruhi keseimbangan keuangan, dimana sejauh ini RSUD menanggung biaya hingga miliaran rupiah.
“Semoga masyarakat dapat memaklumi kondisi ini. Dan yang penting tidak muncul gejolak pasca kenaikan tarif diberlakukan,” ulasnya.
Dia mengatakan, RSUD berjanji untuk terus meningkatkan pelayanan seiring diberlakukannya tarif baru. Hal tersebut dianggap sebagai upaya mempertanggungjawabkan kenaikan tarif. Di antara hal yang akan dilakukan, seperti meningkatkan pelayanan yang santun dengan masyarakat, memperbaiki sarana dan prasarana, seperti mengganti kasur, bantal, bed, serta mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di RSUD.
pso