Soloraya
Rabu, 12 Agustus 2009 - 18:41 WIB

Sejak 2005, 11 Penambang tewas di Cepogo

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)--Sedikitnya 11 orang penambang pasir di Kecamatan Cepogo tewas selama kurun waktu empat tahun antara 2005-2009. Korban umumnya meninggal setelah tertimpa reruntuhan tanah di lokasi penambangan yang mengalami longsor.

Data itu seperti diungkapkan Camat Cepogo, Muhammad Arif Wardianta, ketika ditemui Espos di sela-sela kesibukannya, Rabu (12/8).

Advertisement

Dikemukakan dia selain kesebelas orang itu masih terdapat dua korban lagi yang tewas dan memiliki keterkaitan dengan aktivitas penambangan galian C di wilayah Kecamatan Cepogo, salah satunya adalah siswa sekolah dasar (SD).

“Jadi secara keseluruhan sebenarnya ada 13 orang, tetapi dua di antaranya bukan merupakan penambang. Yang seorang adalah siswa SD, dia meninggal setelah terjerembab ke dalam lubang bekas galian yang tertutup air. Sedangkan satu orang lainnya adalah sopir truk yang terkena serangan jantung pada saat menunggu giliran pengisian pasir,” ujarnya dalam kesempatan itu.

Arif memaparkan, korban tewas penambangan pasir di Kecamatan Cepogo sudah cukup banyak dan dimungkinkan terus bertambah. Hal itu menyusul bermunculannya kegiatan penambangan manual yang lebih sulit dikendalikan pascapenghentian perpanjangan ijin galian C perusahaan penambangan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng), beberapa waktu yang lalu.

Advertisement

Camat Cepogo itu menyampaikan pula, penambangan pasir manual sulit dikendalikan karena umumnya dilakukan di pinggir-pinggir sungai atau di lahan sendiri, padahal menurutnya jenis penambangan tersebut memiliki tingkat kerawanan atau risiko lebih tinggi.

try

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : Di Cepogo Sejak 2005
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif