News
Selasa, 11 Agustus 2009 - 13:36 WIB

Daerah bahaya tsunami Cilacap dipetakan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Cilacap–Daerah bahaya tsunami di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dipetakan melalui kerja sama riset dalam kerangka GITEWS (German-Indonesia Tsunami Early Warning System).

“Riset ini dimotori oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Deutsches Zentrum fur Luft-und Raumfahrt (DLR), dan United Nations University (UNU),” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Hari Winarno di Cilacap, Selasa.

Advertisement

Terkait hal itu, kata dia, BPBD Cilacap berusaha menyosialisasikan hasil riset tersebut kepada masyarakat sebagai bentuk peringatan dini dalam menghadapi bencana tsunami di masa mendatang.

Lebih lanjut mengenai hasil riset tersebut, peneliti dari LIPI Dr Herryal Anwar mengatakan, kajian yang telah dilakukan sejak tiga tahun lalu telah dapat memetakan daerah bahaya tsunami di Cilacap.

Advertisement

Lebih lanjut mengenai hasil riset tersebut, peneliti dari LIPI Dr Herryal Anwar mengatakan, kajian yang telah dilakukan sejak tiga tahun lalu telah dapat memetakan daerah bahaya tsunami di Cilacap.

Selain itu, kata dia, kajian juga memetakan kerentanan masyarakat terhadap tsunami sehingga dapat menggambarkan potensi-potensi wilayah yang berisiko terhadap bahaya tsunami.

“Peta-peta tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat di Cilacap,” katanya.

Advertisement

Sementara itu peneliti dari Institute for Environment dan Human Security (UNU-EHS) Widjo Kongko mengatakan, dalam kajian model tsunami di Cilacap menggunakan skenario terburuk “Moment Magnitude” (Mw) 8.0 pada pasang surut rerata, terdapat 23 desa di enam kecamatan terendam tsunami dengan tinggi air bervariasi dari beberapa sentimeter hingga lebih dari delapan meter di daerah pantai.

Menurut dia, penetrasi tsunami ke daratan juga bervariasi, yakni dari beberapa puluh meter hingga lebih dari 3,5 kilometer di daerah bantaran Sungai Serayu.

Daerah terendam dari terparah hingga teringan berada di tujuh desa di Kecamatan Adipala, enam desa di Kecamatan Binangun, empat desa di Kecamatan Nusawungu, tiga desa di Kecamatan Kesugihan, dua kelurahan di Kecamatan Cilacap Selatan, dan satu kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara.

Advertisement

“Total wilayah terendam di daerah tersebut luasnya lebih dari 35 kilometer persegi. Daerah paling rawan di Desa Bunton (Adipala), Widarapayung (Binangun), dan Jetis (Nusawungu),” kata Widjo.

Sementara untuk kondisi pasang surut tinggi, kata dia, tsunami akan merendam 34 desa di tujuh kecamatan dengan aliran bervariasi dari beberapa sentimeter hingga sembilan meter di daerah pantai.

Menurut dia, penetrasi tsunami ke daratan bervariasi dan dapat mencapai lebih dari enam kilometer di daerah bantaran Sungai Serayu.

Advertisement

Pada kondisi tersebut, daerah rendaman akan terjadi pada sembilan desa di Kecamatan Adipala, tujuh desa di Kecamatan Binangun, serta Kecamatan Kesugihan, Cilacap Tengah, dan Nusawungu masing-masing empat desa, serta Cilacap Selatan dan Cilacap Utara masing-masing tiga desa.

Ia mengatakan, luas daerah terendam mencapai lebih dari 59 kilometer persegi.

“Berkaitan waktu tempuh dari sumbernya, tsunami mencapai daerah pantai berkisar antara 50-55 menit setelah gempa, dan dalam waktu sekitar 40 menit berikutnya telah merendam daerah dengan luasan yang telah saya sampaikan,” katanya.

Sementara dari kerentanan bangunan, peneliti UNU-EHS lainnya yang juga dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Sumaryono mengatakan, di Cilacap masih banyak bangunan yang rawan terhadap gempa terutama bangunan yang dibuat sebelum tahun 1980-an.Menurut dia, masih banyak warga Cilacap yang memperhatikan masalah kerentanan bangunan terhadap gempa.

Akan tetapi, kata dia, untuk bangunan-bangunan baru sudah mulai memperhatikan masalah tersebut.”Kami akan buat panduan bagi masyarakat untuk membuat bangunan yang tahan terhadap gempa,” katanya.

Peneliti UNU-EHS lainnya, M Rokhis Khomarudin mengatakan, pemetaan zona bahaya tsunami dan perkiraan jumlah penduduk yang berada di dalamnya akan dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan perencanaan evakuasi dan mengurangi jumlah penduduk dalam risiko.
Ant/tya

Advertisement
Kata Kunci : Cilacap
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif