Ceritanya, siang itu Koplo disuruh bosnya, sebut saja Tom Gembus, untuk mengirim surat melalui faksimili. Sebenarnya Koplo bukan petugas operator telepon dan faks, namun berhubung petugasnya tidak masuk, Koplolah yang disuruh menggantikan. Meski Koplo agak ragu-ragu menerima permintaan Gembus karena lupa-lupa ingat, namun sebagai bawahan ia hanya bisa sendika dhawuh. Tanpa bertanya, Koplo langsung melakukan proses pengiriman surat melalui mesin faksimili.
”Letakkan surat. Tekan bintang, tekan angka sembilan, tekan nomor telepon yang dituju, tunggu nada mengerik, terus tekan start,” Koplo gemremeng sendiri sambil cenunak-cenunuk menekan nomor telepon.
”Beres Pak, tugas sudah selesai,” lapor Koplo kepada Gembus, lalu kembali ke ruang operator.
Lagi enak-enaknya nyantai, tiba-tiba Tom Gembus datang.
”Mas Koplo, ini kok saya ditelpon pimpinan cabang, katanya surat yang difaks tadi kok isinya kertas putih semua? Piye ta Mas caramu ngefaks?” tanya Gembus. Koplo pun memperagakan caranya ngefaks.
Tom Gembus geleng-geleng kepala melihat cara Koplo. Rupanya Koplo terbalik meletakkan kertas surat. Kertas yang seharusnya diletakkan tengkurap atau tertutup, oleh Koplo diletakkan telentang atau terbuka.
”Ooo, Nek caramu kaya ngono, mbok ngirim surat sewu ya mesthi putih kabeh Plo,” sambung Lady Cempluk, teman sekantor yang muncul di tempat itu sambil tertawa. Kiriman Krisnanda Theo, RT 04/RW XIX No 15B, Mojosongo, Solo.