News
Kamis, 6 Agustus 2009 - 18:48 WIB

Menristek: 3 industri berpeluang menangi persaingan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Menristek Kusmayanto Kadiman mengatakan, tiga sektor industri yaitu industri berbasis pertahanan dan keamanan, industri kreatif, dan industri berbasis sumber daya alam, berpeluang memenangi persaingan di pasar domestik maupun global pada saat ini maupun masa depan.

“Kalau kita bersaing dengan teknologi (industri) yang orang lain sudah duluan, maka kecil peluang kita untuk menang. Kita perlu upaya yang sangat besar. Tapi kalau (pengembangan industri) berbasis kekuatan sendiri, maka daya saingnya menjadi luar biasa,” ujarnya, di Jakarta, Kamis (6/8).

Advertisement

Di sela-sela lokakarya perencanaan dan pengembangan teknologi dalam mencapai visi Indonesia sebagai negara industri baru tahun 2020, ia mengatakan, industri berbasis pertahanan dan keamanan (hankam) memiliki peluang menjadi industri yang berdaya saing tinggi.

Menurut dia, di negara manapun untuk produk hankam, pemerintah akan mengupayakan penggunaan produk hasil negeri sendiri.

“Ada pasar yang tercipta di situ (produk hankam), maka industri bisa tumbuh. Apalagi Presiden dan Wapres terus mengimbau penggunaan produk dalam negeri,” ujar Kusmayanto .

Advertisement

Sedangkan untuk produk kreatif, ia menilai Indonesia memiliki peluang besar menjadi pemain dunia, seperti pada batik dan produk kreatif lainnya, termasuk musik dan film.

“Industri yang memiliki daya saing tinggi lainnya adalah industri yang mengambil keuntungan dari keberadaan Indonesia di kawasan tropis, dengan basis produk pertanian, kehutanan, dan perikanan,” katanya.

Untuk itu, Kusmayanto mengakui pemerintah harus membuat kebijakan, penyediaan anggaran, dan insentif, agar industri yang berpeluang besar menjadi pemain global tersebut berkembang pesat di tanah air.

Advertisement

“Insentifnya bisa berupa fiskal dan non-fiskal. Misalnya kita ingin mengembangkan industri fitofarmaka (obat berbasis herbal dari tumbuh-tumbuhan di Indonesia), maka siapapun yang mengembangkan itu dikasih insentif baik fiskal maupun non-fiskal,” katanya.

Insentif tersebut, lanjut dia, misalnya pembebasan impor peralatan yang dibutuhkan untuk pengembangan industri tersebut, biaya penelitian tidak dikenakan pajak, dan perijinan yang lebih mudah.

Diakui Kusmayanto, biaya investasi untuk pengembangan teknologi di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan industri masih sangat rendah, kendati UNESCO telah menetapkan paling rendah tiga persen dari PDB.

ant/fid

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif