SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
Grobogan (Espos)–Areal hutan negara yang masuk wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi ternyata masih rawan dari tindakan pencurian kayu. Terbukti, KPH Purwodadi menduduki ranking empat di Perhutani Jateng dalam hal tersebut.
“Meski aksi pencurian kayu di kawasan hutan KPH Purwodadi sudah turun, namun kami masih menduduki ranking empat untuk hal ini. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama semua pihak agar aksi pencurian bisa terus ditekan,” jelas Administratur/Kepala KPH Purwodadi, Ir Djoko Poernomo di sela-sela kegiatan Sosialisai Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) di Gedung Riptaloka, Purwodadi, Senin (3/8).
Diakui Djoko, saat krisis ekonomi, reformasi hingga tahun 2004 aksi penjarahan atau pencurian kayu di areal hutan negara yang masuk wilayah KPH Purwodadi cukup banyak. Hampir setiap bulannya ada lebih dari 200 batang kayu dijarah/dicuri.
Selepas tahun 2004, KPH Purwodadi melakukan berbagai upaya untuk menekan angka pencurian kayu di areal hutan negara. Selain menggencarkan patroli, juga membentuk lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) untuk diajak bekerja sama dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM).
“Alhamdulillah, angka pencurian berangsur-angsur bisa ditekan tidak lagi ratusan pohon namun hanya puluhan. Untuk Januari-Februari 2009 memang masih sekitar 50 pohon yang dicuri tiap bulannya, namun sekarang tingkat kehilangan di bawah 50 pohon,” ungkap Djoko Purnomo.
Upaya lainnya, lanjut Djoko, adalah dengan langkah persuasif yakni melakukan pendekatan dengan ulama dan tokoh masyarakat sekitar hutan. Apalagi dengan adanya keputusan Direksi Perhutani soal pengamanan dan sistem pengelolaan hutan lestari untuk memperoleh sertifikasi ecolabeling maka ada kebijakan penarikan senjata api.
rif