Ceritanya, bule asal Australia ini di-PHK oleh sebuah perusahaan bertaraf internasional di wewengkon Surakarta dan meminta jasa advokasi di kantor tempat Jon Koplo bekerja.
Otomatis tugas Koplo adalah wira-wiri mengantar-jemput Tom Gembus ke perwakilan Kedutaan Besar Australia yang ada di Semarang.
Suatu saat, Tom Gembus akan kedatangan tamu dua orang anggota organisasi perburuhan dunia dari Australia. Koplo pun senang bukan kepalang. Artinya, ialah yang pasti akan diberi tugas mempersiapkan dan mengurus segala sesuatu untuk keperluan dua orang tamunya itu, mulai dari menjemput di bandara, mencari hotel berbintang yang pas dengan selera orang bule, hingga siap ”menggendong” ke mana-mana dengan mobil dinas perusahaannya.
Bukan hanya itu, Koplo pun mulai mematut-matut diri dengan penampilan yang se-keren mungkin, agar pantas dilihat ketika harus mejeng bersama orang bule di tempat-tempat eksklusif maupun sekadar nggaya di tempat umum. Bahkan, ia juga membekali diri dengan sangat keras berlatih bahasa Inggris agar tidak ngisin-isini.
Hari-H saat menjemput di bandara, Koplo sudah siap dengan sebuah kertas tebal bertulisan nama dua orang tamunya. Setiap orang bule yang berjalan ke arahnya selalu jadi perhatian, barangkali itu tamunya. Namun sayangnya, bule-bule yang berjalan itu pada mlengos tidak mempedulikan Koplo.
Tak disangka dan tak dinyana, setelah pemilik nama yang dibawa Koplo itu menunjukkan identitasnya, Koplo jadi ketawa sendiri karena yang datang bukannya dua orang bule Australia seperti yang dibayangkannya, melainkan dua orang Aborigin berkulit hitam kelam!
Saking gelinya, Koplo selalu cengengas-cengenges tak kuasa menahan tawa sejak bertemu di bandara hingga dalam perjalanan di dalam mobil. Namun justru sumeh dadakan yang ada pada diri Koplo itulah yang meyakinkan dua orang Aborigin itu bahwa orang Indonesia, khususnya Solo, ternyata benar-benar sangat ramah dan selalu berseri… Kiriman Mathias Dwi Gunarto, Jl Gringsing RT 03/RW II Cemani Grogol, Sukoharjo