Ndilalah hari itu Koplo berjualan seorang diri sehingga agak kewalahan juga. Selain sebagai bos, ia juga jadi pelayan, kasir sekaligus tukang isah-isah. Otomatis Koplo juga harus menghafal wajah-wajah orang yang makan di warungnya, jangan sampai ada yang makan gratis alias langsung ngacir setelah makan.
”Mas, sampun. Bubur dua, es teh dua, pinten?” tanya seorang ibu tiba-tiba memecah konsentrasinya saat meracik bubur.
”Oh njih, Rp 6.000 Bu,” jawab Koplo.
Setelah menyerahkan kembalian, Jon Koplo kembali melayani pembeli yang lain. Namun saat sedang meracik bubur itulah sepintas ia melihat seorang pemuda yang dia rasa belum bayar akan mengambil motor dan sepertinya akan pergi.
Karena Koplo masih hafal betul siapa saja yang sudah membayar, tanpa ba-bi-bu, Koplo langsung mbengok. ”Woiii… Mas! Bayar dulu buburnya!”
Seorang ibu di belakangnya langsung nyeletuk, ”Mas nggak usah teriak-teriak, itu anak saya.”
Begitu balik badan, ternyata yang ngomong itu ibu yang baru saja membayar Rp 6.000 tadi. Blaik!!! Jon Koplo langsung mengkeret begitu tahu lelaki itu anak ibu yang sudah bayar tadi.
Dengan rasa malu setengah mati, Jon Koplo minta maaf berkali-kali pada ibu itu dan masnya yang sudah diteriaki tadi.
Untung saja masnya tadi tidak marah. Kontan kejadian itu membuat ger-geran seluruh pembeli yang ada di warungnya. Kiriman Yuniar Dwi A, Jl Mataram 8, RT 02/RW X, Banyuanyar, Banjarsari, Solo 57137.