SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
Saat rapat berakhir pukul 17.20 WIB kantor sudah sepi karena tutup pukul 16.00 WIB. Berhubung hampir Magrib, Koplo memutuskan untuk maghriban di kantor biar pulang nanti tidak kemrungsung. Sambil menunggu Magrib, ia memberesi surat-surat dokumen rapat.
Saat waktu salat, Koplo bergegas menuju musala kantor melewati ruang karyawan yang sudah sepi dan gelap karena lampu sudah dimatikan. Agak merinding juga Koplo waktu itu karena kantornya yang terletak di kompleks Sriwedari itu katanya angker dan wingit.
Habis salat Magrib, Koplo mengambil tas dan segera turun ke lantai satu menuju tempat parkir. Namun sial, ternyata semua pintu sudah terkunci, termasuk pintu depan yang tertutup rapat. Koplo jadi panik.
Klakson sepeda motor ia bunyikan berkali-kali agar Satpam piket yang ada di luar mendengar. Namun sis-sia. Seluruh ruangan lantai satu dan lantai dua ia ubek-ubek barangkali Satpamnya keliling, namun hasilnya nihil. Akhirnya Koplo menelepon direktur bank.
”Pak, saya terkunci di kantor. Siapa Satpam yang jaga? Kok semua pintu digembok?”
”Oh ya, maaf Pak Koplo. Saya kontakkan yang piket. Sabar sebentar Pak!” jawab Pak Direktur sambil ketawa geli.
Tak lama kemudian terdengar pintu garasi dibuka. Satpam Tom Gembus muncul sambil pringas-pringis dengan mimik tanpa dosa, ”Maaf ya Pak, tadi saya tinggal cari rokok sebentar.”
Jon Koplo tidak menjawab karena sudah jengkel. Ia langsung mancal sepeda motornya ke luar kantor. ”Awas, titenana, besok pagi bakal kena SP (surat peringatan),” batin Gembus nggondhuk karena sampai di rumah sudah pukul 19.00 WIB. Kiriman Drs Suharno MM Ak, Ketua Dewan Pengawas PD BPR Bank Pasar Surakarta.