Entertainment
Rabu, 15 Juli 2009 - 17:27 WIB

Mengajarkan budi pekerti lewat cerita pewayangan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wa…pengestumu, muga-muga rahayu lakumu

Sepenggal kalimat berbahasa Jawa yang dilontarkan dalang cilik, Rakha Al Firdaus Hikmatyar menutup lakon Nggeguru yang dimainkannya di Temu Dalang Cilik Nusantara III, Rabu (15/7), di Pendapa Ageng, Taman Budaya Surakarta.

Advertisement

Catur atau suara Rakha yang menggelegar itu menjadi dialog tokoh Raden Bratasena ketika mengetahui kalau gurunya, Resi Durna tak pernah berkata jujur.
Apa yang dialami Bratansena akibat sering dibohongi gurunya, tak membuat ia merasa jengkel. Justru  Bratasena membalasnya dengan doa agar Resi Durna selalu diberi keselamatan oleh Sang Maha Kuasa.
Kisah yang tak kalah menarik juga termuat pada Gara-Gara dan Perang Samberan yang dimainkan putra SSISKS Paku Buwono XIII, GRM Suryo Aryo Mustiko. Dalang cilik yang kini duduk di bangku SD Muhammadiyah 1 Solo tersebut menceritakan tema pewayangan yang ringan namun sangat menarik.
Sabetan (gerakkan wayang) Suryo yang lincah nan cekatan sebagai pergerakan tokoh Petruk, Bagong, serta Gatutkaca juga sangat menarik untuk diikuti.
Suryo yang banyak mendapat inspirasi mendalang dari para kerabatanya di lingkungan keraton itu cukup lihai memainkan wayang kulit di usianya yang akan genap tujuh tahun 26 September mendatang.

Seperti ketika adegan peperangan antara Gatutkaca melawan musuhnya, Buta Glundhung Prenges.

“Karena jahat, maka Gatutkaca terpaksa memerangi Buto Glundhung Prenges demi  menyelamatkan dan melindungi negerinya,” papar Suryo yang mulai belajar mendalang sejak berumur empat tahun itu kepada Espos.

Advertisement

hkt

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : Budi Pekerti
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif