Sore itu seusai jam kantor, Jon Koplo yang warga Mojosongo itu pergi ke Stadion Sriwedari. Sampai di sana, ternyata semua pintu masuk telah tertutup rapat dan dijaga polisi. ”Pokoke aku kudu nonton,” ujar Koplo sambil memutar otak.
Akhirnya Jon Koplo menemukan tembok tinggi yang dapat digunakan untuk melihat pertandingan. ”Ning piye ya carane munggah?” ujar Koplo. Beruntung, pada saat bersamaan ada sopir becak, yang juga berniat ingin menonton.
Keduanya lalu bekerja sama. Becak diletakkan mepet tembok, kemudian digunakan sebagai tangga untuk naik ke atas tembok. Benar saja, dari tembok tinggi itu Jon Koplo dapat menyaksikan Persis Solo berlaga.
Hati Koplo girang bukan kepalang. Sampai pertandingan usai, Persis menang 1-0. ”Jan joss tenan. Tetap bertahan di Divisi Utama,” kata Koplo dengan riang. Karena pertandingan sudah selesai, Koplo berniat akan turun.
Tetapi ketika melihat ke bawah, Koplo njenggirat kaget. ”Matrih aku cah, jebule becake wis lunga ta iki mau,” kata Jon Koplo panik.
Rupanya tanpa sepengetahuannya, sopir becak tadi telah pergi meninggalkan Koplo yang masih nangkring di atas tembok. ”Gek iki piye mudune?” tanya Koplo kebingungan.
Tembok tempatnya duduk memang cukup tinggi dari tanah. Mau anjlok, Koplo takut kakinya patah. Mau berteriak, sudah pasti kisinan. Wajah Koplo berubah pucet.
Akhirnya di tengah kebingungannya itu, Jon Koplo memilih pilihan kedua. Begitu ada orang lewat, Koplo langsung berteriak. ”Maaas… kula nyuwun tulung! Ora isa mudun. Tulung Masss!” kata Koplo berteriak.
Akhirnya, dengan bantuan sebatang bambu, Koplo dapat turun dengan selamat. ”Maturnuwun nggih Mas, kula memang rada ndlewer,” kata Koplo pringas-pringis kisinan.
Kiriman Krisnanda Theo, RT 04/RW XIX No 15B, Mojosongo, Solo.