Sport
Rabu, 3 Juni 2009 - 17:01 WIB

Susi dan Hermawan prihatin dengan bulutangkis Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Mantan pemain bulutangkis nasional Susi Susanti dan Hermawan Susanto menyatakan prihatin dengan makin merosotnya prestasi bulutangkis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Berbicara di sela-sela Kejurnas Bulutangkis Usia Dini “Tetra Pak Open Milk” 2009 di GOR Asia Afrika Senayan, Jakarta, Rabu, Susi mengaku sedih ketika melihat para juniornya sering kalah dari pemain-pemain asing, terutama dari Cina, Korsel dan Malaysia dalam berbagai turnamen internasional akhir-akhir ini.

Advertisement

“Yah, tentu sedih kalau atlet Indonesia selalu kalah,” kata pemegang medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992 itu.

Menurut Susi, butuh proses panjang untuk mempertahankan prestasi emas bulutangkis Indonesia di berbagai ajang internasional dan juga butuh kesungguhan.

Advertisement

Menurut Susi, butuh proses panjang untuk mempertahankan prestasi emas bulutangkis Indonesia di berbagai ajang internasional dan juga butuh kesungguhan.

“Untuk mencetak juara, pembinaannya tidak bisa instan. Pemain juga harus jaga konsistensi dengan permainan dan harus selalu memotivasi diri untuk menjadi yang terbaik,” kata Susi yang bersuamikan Alan Budikusuma yang juga peraih medali emas tunggal putra Olimpiade Barcelona itu.

Susi mengakui peta kekuatan bulutangkis saat ini masih dikuasai Cina dengan tingkat persaingan yang demikian tinggi dibanding dulu saat dirinya masih aktif bermain.

Advertisement

Senada dengan Susi, Hermawan Susanto mengatakan bibit atlet bulutangkis di Indonesia sebetulnya tidak kalah dari Cina, Korsel dan Malaysia.

Para pemain junior menurut Hermawan sekarang ini jarang dikirim ke luar negeri untuk mengikuti pertandingan internasional.

“Ini yang berbeda dengan zaman kami dulu dimana pemain junior saling berlomba-lomba masuk pelatnas saat pemain senior mulai turun prestasinya,” kata Hermawan yang meraih medali perunggu tunggal putra di Olimpiade Barcelona 1992.

Advertisement

Menurut Hermawan, pemain pelapis Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso dan Tommy Sugiarto harus disiapkan sekitar enam hingga delapan orang.

Setiap pemain Pelatnas, katanya, harus terus mengevaluasi kelebihan dan kekurangan untuk bisa mencetak prestasi yang lebih tinggi.

“Jangan sekedar main lalu kalah dan menganggap hal itu biasa-biasa saja. Pemain muda harus dikirim ke kejuaraan-kejuaraan internasional supaya regenerasi pemain tidak putus,” kata Hermawan yang kini menjadi pelatih di klub Aufa Depok.

Advertisement

“Mudah-mudahan kita tidak terpuruk terus. Dari dulu Indonesia ditakuti oleh negara lain dalam olahraga bulutangkis. Kita harus tetap mempertahankan Indonesia sebagai maestro bulutangkis dunia,” tambah Hermawan sembari berharap dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan Indonesia mampu mengejar ketinggalan dari negara lain seperti Cina, Korsel dan Malaysia.
Ant/tya

Advertisement
Kata Kunci : Bulutangkis Indonesia
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif