Soloraya
Senin, 25 Mei 2009 - 17:03 WIB

TBC masih jadi ancaman Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Penyakit tuberculosis (TBC) masih menjadi ancaman bagi masyarakat Boyolali. Berdasarakan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, setiap tahun sedikitnya 200-an warga terserang penyakit yang ditandai batuk berdahak tanpa henti dalam tempo dua pekan.

Berdasarkan pemetaan Dinkes, penyakit TBC masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Kecamatan Wonosegoro, Kemusu, Juwangi dan Ngemplak.

Advertisement

“Hampir setiap tahun dari empat kecamatan itu pasti muncul penderita,” ucap Staf Pemberantasan Penyakit (P2) Dinkes, Suntoro, ditemui Espos, akhir pekan lalu.

Ia melanjutkan, dari data Dinkes mulai Januari-April, di Wonosegoro terdapat tujuh penderita, Juwangi dan Ngemplak masing-masing terdapat enam penderita. Sedangkan di Kemusu dua penderita. Jumlah tersebut, menurutnya, merupakan penderita yang diketahui Puskesmas.  Ia yakin masih banyak penderita yang enggan berobat sehingga tidak diketahui Puskesmas.

Meski jumlah penderita masih didominasi empat kecamatan tersebut, Suntoro mengatakan, penyakit yang disebabkan kuman Mycobacterium Tuberculosis juga mengancam masyarakat yang berada di kecamatan lain, namun jumlah penderita jauh lebih kecil.

Advertisement

Ia menambahkan, sejauh ini masyarakat di Kecamatan Selo dinilai relatif aman dari ancaman TBC. Hingga kini belum ada laporan korban dari kecamatan yang berada di lereng Merapi itu.

“Bisa jadi karena berada di daerah dingin, jadi kuman Mycobacterium Tuberculosis sulit berkembang,” katanya.

Menurut Suntoro, TBC timbul disebabkan tata lingkungan yang tidak memenuhi syarat sehat. Misalnya, rumah yang ditempati belum layak huni. Lantai masih berlapis tanah, tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) juga masih apa adanya ditambah pola pencahayaan minim.

Advertisement

Kuman yang timbul mudah menyerang dari manusia ke manusia secara langsung melalui perantara udara, baik saat penderita batuk atau setelah membuang ludah.
Meski TBC tidak terlalu mematikan, menurut Suntoro, penderita sebaiknya segera memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat. Dengan pengobatan rutin sekali dalam sepekan, dalam tempo tujuh bulan penderita akan terbebas dari TBC.

Ditambahkannya, jika tidak segera berobat, tidak tertutup kemungkinan nyawa akan melayang. Berdasarkan catatan Dinkes, lanjutnya, sepanjang 2007 terdapat tiga penderita kehilangan nyawa. Angka menurun pada 2008 hanya menjadi satu penderita tewas.

dwa

Advertisement
Kata Kunci : Boyolali
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif