Bila kerusakan saluran tidak diperbaiki, diperkirakan skala keretakan saluran akan semakin membesar sehingga air yang terbuang ke sungai kembali semakin banyak. Di sisi lain, upaya petani untuk membendung lubang saluran air yang bocor menggunakan karung berisi tanah tidak membuahkan hasil. Alasannya, arus air yang bocor dari saluran terhitung cukup deras sehingga mampu menjebol tumpukan karung berisi tanah. Menurut petani setempat, air Dam Wantil dialirkan melalui dua saluran. Saluran bagian selatan menuju lahan pertanian Desa Mrisen, Desa Jaten, Desa Sawahan dan sebagian Desa Bulurejo, Kecamatan Juwiring. Sedangkan saluran bagian utara mengairi lahan pertanian di Desa Pundungan, Juwiring juga Desa Tlobong, Delanggu.
“Umur Dam Wantil dan salurannya memang sudah tua. Bangunan tersebut dibangun pada zaman penjajahan Belanda,” ujar Kades Pundungan, Slamet Raharjo saat ditemui Espos. Dia melanjutkan, luas lahan pertanian di Pundungan yang terjangkau pengairan Dam Wantil tercatat 70 hektare. Suplai air dari Dam menurutnya sangat diandalkan oleh petani setempat dalam bercocok tanam. Guna mencegah terjadinya ambrol saluran air dar Dam, Slamet mengaku telah melaporkan kondisi tersebut kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten.
Namun disayangkan hingga saat ini belum ada kepastian perbaikan. “Padahal bila terjadi satu kali banjir besar di Sungai Pusur yang airnya dialirkan melalui dua saluran tersebut, saya yakin saluran justru akan ambrol atau jebol parah,” tegas Slamet. kur